DRAMA
Alloh Tidak Tidur
Oleh : Rifzika Aulia R.
Nama
Tokoh :
1.
Natalia (Natalia Atina Dwiratnasari) 2. Bu Eni
3. Bu Santi
4. Pak Edi
5. Astuti
6. Ibu
Peran
Tokoh :
1.
Lia berperan sebagai murid yang
berprestasi dalam membuat cerpen 2. Bu Eni berperan menjadi penjual gorengan di kantin
3. Bu Santi berperan sebagai wali kelas Lia
4. Pak Edi berperan sebagai guru fisika
5. Astuti berperan sebagai teman Lia
6. Ibu berperan sebagai ibu dari Lia
Senja masih menyelimuti awan, kabut-kabut
mulai pergi bintang-bintang kecil mulai hilang satu persatu, embun-embun masih
tebal diantara dedaunan hijau nan indah,
Suara adzan subuh melengkapi hari esok yang
akan cerah. Seperti biasanya aku berangkat sekolah, sambil membawa sebagian
gorengan untuk dititipkan di Bu Eni, salah satu pemilik kantin sekolahku.
Lia : “Pagi Bu kantinnya masih sepi ya?”
sapaku
Bu Eni : “Iya nih neng
rajin bener pagi-pagi dah sampai sekolah?,bawa gorengan berapa neng?” kata ibu
Eni.
Lia : “Lima puluh gorengan.Sini Bu biar aku
yang menatanya”.
Bu Eni : “Iya neng,terimakasih”. “Owh iya, neng Lia, Ibu hampir lupa tadi Ibu Santi
pesan sama Ibu, nanti waktu istirahat pertama kamu di suruh ke ruangannya”.
Lia : “Emmh, iya Bu!” (jawabku ragu). “Ibu
tau gak kira-kira aku disuruh ngapain?”.
Bu Eni : “Ibu kurang tahu kamu dipanggil karena apa
soalnya Bu Santi tadi hanya memberi pesan seperti itu”.
Lia : “Atau karena jangan-jangan aku
menunggak SPPku selama 6 bulan ini?”.
Bu Eni : “Sudahlah nanti kamu temui saja Bu Santi
biar kamu gak penasaran”.
Lia : “Yasudah bu, Terimkasih ya aku mau ke
kelas dulu”.
Bu Eni : “Iya hati-hati”
Pelajaran Matematika kali ini aku tak bisa
berkonsentrasi.
Lia : “Kira-kira apa ya, yang mau
dibicarakan Bu Santi wali kelasku, apa aku ada masalah dengan nilaiku? Jangan-jangan
SPPku yang sudah menunggak 6 bulan atau apa, aku bingung” kataku dalam hati.
Teng….Teng….bel terdengar keras
ditelingaku menyadarkan aku dari lamunanku.
Lia : Tokk…Tokk…Tokk! “Assalamualaikum”sapaku
Bu Santi :
“Walaikummusalam,silahkan masuk” jawab Bu Santi.
Lia : “Maaf
ada apa ya ibu memanggil saya?”.
Bu Santi : “Lia,mengapa kamu pucat begitu? Jangan
takut kali ini ibu tidak menanyakan tentang SPPmu, tapi ibu justru ingin
memberi ucapan selamat untuk kamu dari hasil lomba tingkat kabupaten 2 hari
lalu, cerpenmu mendapat penilaian terbaik, alias juara 1. Alhamdulillah dari
125, cerpenmu masuk nomer 1 terbaik. Sekarang siapkan dirimu untuk lomba naskah
cerpen tingkat nasional 1 minggu lagi”. Sambil mengulurkan tangannya.
Lia : “Iya,bu apa benar?” tanyaku
meyakinkan.
Bu Santi : “Iya Lia ibu tidak bercanda, bahkan kamu
mendapat hadiah uang pembinaan sebesar Rp.1.000.000,00 bisa kamu pakai untuk
melunasi SPPmu 6 bulan” kata santi sambil senyum.
Lia : “Alhamdulillah…iya bu insyaallah saya akan
berusaha semaksimal mungkin,saya tidak akan mengecewakan ibu dan terimakasih bu
atas kepercayaan ibu kepadaku”.
Bu Santi : “Iya Lia jangan kecewakan Ibu dan
berjanjilah pada ibu bahwa kamu membawa nama baik sekolah kita” sembari
tersenyum lebar.
Lia : “Iya bu Santi, yasudah ya bu aku
mau kembali ke kelas dulu”.
Bu Santi : “Iya Lia”.
Lia : “Assalamualaikum”.
Bu Santi : “Walaikummusalam”.
Keluar dari ruangan ibu Santi hatiku
berbunga-bunga
Astuti : “He Lia, mengapa kamu senyum-senyum
sendiri?” sapa kawanku di lorong XII IPA 1.
Lia : “He Astuti, iya nih aku lagi seneng”.
Astuti : “Seneng kenapa Lia?”.
Lia : “Gak
apa-apa ti”.
Astuti :
“Hayo..kenapa gak mau cerita nih?”.
Lia :
“Yuk ah aku mau ke kelas dulu, soalnya jam ke 5 ulangan fisika”sambil berlari
menuju kelas.
Lia : “Assalamualaikum” sapaku ketika masuk
kelas.
Pak Edi : “Waalaikummusalam”
jawab pak Edi dan teman sekelas.
Lia : “Maaf pak , saya terlambat soalnya
tadi di panggil sama Bu Santi”.
Pak Edi : “Iya aku
sudah tau, anak-anak ini calon cerpenis kita”.
Lia : “hehe” aku tersipu malu. “Boleh kah
aku duduk dimeja ku dan mengikuti pelajaran bapak?” tersenyum sambil berjalan
menuju mejaku.
Pak Edi : “Boleh
nak,silahkan duduk”.
Sampai dirumah keadaan rumahku seperti
biasanya sepi, aku rebahkan tubuhku dikursi kayu reot ini.
Tiba-tiba suara pintu terbuka membuyarkan
lamunanku.
Ibu : “Assalamualaikum”kata ibu menaruh baskom
di meja.
Lia : “Waalaiummusalam” sambil aku raih ibu
untuk ku cium.
Lia : “Alhamdulillah habis bu gorengannya?” kata
ibu.
Ibu : “Iya nak alhamdulillah,kamu belum ganti
baju , sana kamu ganti baju dulu terus istirahat” kata ibu.
Lia : “Iya bu bentar lagi, aku mau mijitin ibu
dulu”.
Ibu : “Udah nak ibu gak begitu capek kok”.
Lia : “Yaudah deh bu aku mau ke kamar dulu
sekalian juga mau ganti baju”sambil berjalan menuju kamar.
Lia : “Aku sengaja tidak akan bilang ibu dulu
kalau aku mendapat rejeki, besok sajalah kalau ayah juga dirumah akan aku
beritahu semua” gumamku dalam hati.
Tak lama berselang aku masuk kamar.
Sambil memikirkan cerpen yang akan ku buat nanti.
Lia : “ Kira-kira apa ya cerpen yang akan ku
buat?”
Lia : “Kenapa jadi bingung seperti ini?”
Lia : “Oh iya.. mending tentang gambaran kehidupanku,
anak seorang becak dan penjual gorengan
yang bercita-cita menjadi dokter”.
Lia : “Dan temanku satu
kelaskan banyak juga yang mengejekku karena profesi orang tuaku yang mungkin
tidak bisa membiayai aku sekolah dan cita-cita ku yang terlalu tinggi” kataku yang sedari tadi berbicara sendiri di
kamar.
Esok paginya cerpen segera aku serahkan ke
ibu Santi.
Lia : “Bu Santi ini cerpennya sudahku buat” kataku.
Bu Santi : “Iya Lia,
semoga kamu mendapat juara ya”.
Lia : “Amin… mudah-mudahan doaku terkabul
bu”.
Beberapa hari kemudian Bu Santi memanggilku
keruangan
Bu Santi : “Lia” kata Bu Santi
Lia : “Iya bu Santi ada apa ibu
memanggilku?”.
Bu Santi : Ibu Santi hanya tersenyum padaku
Lia : “Bu Santi?”.
Bu Santi : “Kamu sangat membanggakan ibu dan sekolah
kita nak”.
Lia : “Membanggakan bagaimana bu?”.
Bu Santi : “Akhirnya kamu mendapatkan juara dari
hasil usaha dan doa kamu yang sudah kamu ikuti lomba cerpen kemarin”.
Lia : “Apakah ibu benar?”.
Bu Santi : “Iya nak benar, kamu juga mendapatkan
beasiswa sampai perguruan tinggi dang uang pembinaan 5 juta”.
Lia : “Alhamdulillah bu, saya sangat
bersyukur dan saya juga tidak menyangka mendapat juara ini dan ternyata usahaku
sampai sini tidak sia-sia bu” kataku sambil terharu.
Bu Santi : “ Selamat ya nak, pertahankan prestasi
kamu dan juga kejar cita-cita kamu biar orang tua dan keluargamu bangga atas
usaha kamu, jangan pernah kamu putus asa”.
Lia : “ Iya bu terimakasih, saya akan
kejar cita-cita saya agar saya dapat diterima di fakultas kedokteran seperti keinginanku” kataku sambil memeluk bu Santi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar