Selasa, 09 Mei 2017

Merubah Cerpen Menjadi Drama




 DRAMA
Alloh Tidak Tidur
Oleh : Rifzika Aulia R.



Nama Tokoh :
1.     Natalia (Natalia Atina Dwiratnasari) 
2.     Bu Eni 
3.     Bu Santi
4.     Pak Edi 
5.     Astuti
6.     Ibu


Peran Tokoh :
1.     Lia berperan sebagai murid yang berprestasi dalam membuat cerpen 
2.     Bu Eni berperan menjadi penjual gorengan di kantin 
3.     Bu Santi berperan sebagai wali kelas Lia
4.     Pak Edi berperan sebagai guru fisika 
5.     Astuti berperan sebagai teman Lia
6.     Ibu berperan sebagai ibu dari Lia



     Senja masih menyelimuti awan, kabut-kabut mulai pergi bintang-bintang kecil mulai hilang satu persatu, embun-embun masih tebal diantara dedaunan hijau nan indah,
   Suara adzan subuh melengkapi hari esok yang akan cerah. Seperti biasanya aku berangkat sekolah, sambil membawa sebagian gorengan untuk dititipkan di Bu Eni, salah satu pemilik kantin sekolahku.
Lia       : “Pagi Bu kantinnya masih sepi ya?” sapaku
Bu Eni : “Iya nih neng rajin bener pagi-pagi dah sampai sekolah?,bawa gorengan berapa neng?” kata ibu Eni.
Lia       : “Lima puluh gorengan.Sini Bu biar aku yang menatanya”.
Bu Eni  : “Iya neng,terimakasih”. “Owh  iya, neng Lia, Ibu hampir lupa tadi Ibu Santi pesan sama Ibu, nanti waktu istirahat pertama kamu di suruh ke ruangannya”.
Lia        : “Emmh, iya Bu!” (jawabku ragu). “Ibu tau gak kira-kira aku disuruh ngapain?”.
Bu Eni   : “Ibu kurang tahu kamu dipanggil karena apa soalnya Bu Santi tadi hanya memberi pesan seperti itu”.
Lia        : “Atau karena jangan-jangan aku menunggak SPPku selama 6 bulan ini?”.
Bu Eni  : “Sudahlah nanti kamu temui saja Bu Santi biar kamu gak penasaran”.
Lia        : “Yasudah bu, Terimkasih ya aku mau ke kelas dulu”.
Bu Eni  : “Iya hati-hati”
  Pelajaran Matematika kali ini aku tak bisa berkonsentrasi.
Lia        : “Kira-kira apa ya, yang mau dibicarakan Bu Santi wali kelasku, apa aku ada masalah dengan nilaiku? Jangan-jangan SPPku yang sudah menunggak 6 bulan atau apa, aku bingung” kataku dalam hati.
      Teng….Teng….bel terdengar keras ditelingaku menyadarkan aku dari lamunanku.
Lia          : Tokk…Tokk…Tokk! “Assalamualaikum”sapaku
Bu Santi : “Walaikummusalam,silahkan masuk” jawab Bu Santi.
Lia           : “Maaf ada apa ya ibu memanggil saya?”.
Bu Santi  : “Lia,mengapa kamu pucat begitu? Jangan takut kali ini ibu tidak menanyakan tentang SPPmu, tapi ibu justru ingin memberi ucapan selamat untuk kamu dari hasil lomba tingkat kabupaten 2 hari lalu, cerpenmu mendapat penilaian terbaik, alias juara 1. Alhamdulillah dari 125, cerpenmu masuk nomer 1 terbaik. Sekarang siapkan dirimu untuk lomba naskah cerpen tingkat nasional 1 minggu lagi”. Sambil mengulurkan tangannya.
Lia           : “Iya,bu apa benar?” tanyaku meyakinkan.
Bu Santi  : “Iya Lia ibu tidak bercanda, bahkan kamu mendapat hadiah uang pembinaan sebesar Rp.1.000.000,00 bisa kamu pakai untuk melunasi SPPmu 6 bulan” kata santi sambil senyum.
Lia           : “Alhamdulillah…iya bu insyaallah saya akan berusaha semaksimal mungkin,saya tidak akan mengecewakan ibu dan terimakasih bu atas kepercayaan ibu kepadaku”.
Bu Santi  : “Iya Lia jangan kecewakan Ibu dan berjanjilah pada ibu bahwa kamu membawa nama baik sekolah kita” sembari tersenyum lebar.
Lia          : “Iya bu Santi, yasudah ya bu aku mau kembali ke kelas dulu”.
Bu Santi : “Iya Lia”.
Lia          : “Assalamualaikum”.
Bu Santi : “Walaikummusalam”.
        Keluar dari ruangan ibu Santi hatiku berbunga-bunga
Astuti   : “He Lia, mengapa kamu senyum-senyum sendiri?” sapa kawanku di lorong XII IPA 1.
Lia        : “He Astuti, iya nih aku lagi seneng”.
Astuti   : “Seneng kenapa Lia?”.
Lia        : “Gak apa-apa ti”.
Astuti   : “Hayo..kenapa gak mau cerita nih?”.
Lia        : “Yuk ah aku mau ke kelas dulu, soalnya jam ke 5 ulangan fisika”sambil berlari menuju kelas.
Lia        : “Assalamualaikum” sapaku ketika masuk kelas.
Pak Edi : “Waalaikummusalam” jawab pak Edi dan teman sekelas.
Lia        : “Maaf pak , saya terlambat soalnya tadi di panggil sama Bu Santi”.
Pak Edi : “Iya aku sudah tau, anak-anak ini calon cerpenis kita”.
Lia        : “hehe” aku tersipu malu. “Boleh kah aku duduk dimeja ku dan mengikuti pelajaran bapak?” tersenyum sambil berjalan menuju mejaku.
Pak Edi : “Boleh nak,silahkan duduk”.
      Sampai dirumah keadaan rumahku seperti biasanya sepi, aku rebahkan tubuhku dikursi kayu reot ini.
 Tiba-tiba suara pintu terbuka membuyarkan lamunanku.
Ibu   : “Assalamualaikum”kata ibu menaruh baskom di meja.
Lia   : “Waalaiummusalam” sambil aku raih ibu untuk ku cium.
Lia   : “Alhamdulillah habis bu gorengannya?” kata ibu.
Ibu   : “Iya nak alhamdulillah,kamu belum ganti baju , sana kamu ganti baju dulu terus istirahat” kata ibu.
Lia  : “Iya bu bentar lagi, aku mau mijitin ibu dulu”.
Ibu  : “Udah nak ibu gak begitu capek kok”.
Lia  : “Yaudah deh bu aku mau ke kamar dulu sekalian juga mau ganti baju”sambil berjalan menuju kamar.
Lia  : “Aku sengaja tidak akan bilang ibu dulu kalau aku mendapat rejeki, besok sajalah kalau ayah juga dirumah akan aku beritahu semua” gumamku dalam hati.
      Tak lama berselang aku masuk kamar. Sambil memikirkan cerpen yang akan ku buat nanti.
Lia  : “ Kira-kira apa ya cerpen yang akan ku buat?”
Lia  : “Kenapa jadi bingung seperti ini?”
Lia  : “Oh iya.. mending tentang gambaran kehidupanku, anak seorang becak dan penjual gorengan  yang bercita-cita menjadi dokter”.
Lia : “Dan temanku satu kelaskan banyak juga yang mengejekku karena profesi orang tuaku yang mungkin tidak bisa membiayai aku sekolah dan cita-cita ku yang terlalu tinggi”  kataku yang sedari tadi berbicara sendiri di kamar.
     Esok paginya cerpen segera aku serahkan ke ibu Santi.
Lia          : “Bu Santi ini cerpennya sudahku buat” kataku.
Bu Santi : “Iya Lia, semoga kamu mendapat juara ya”.
Lia          : “Amin… mudah-mudahan doaku terkabul bu”.
   Beberapa hari kemudian Bu Santi memanggilku keruangan
Bu Santi   : “Lia” kata Bu Santi
Lia            : “Iya bu Santi ada apa ibu memanggilku?”.
Bu Santi    : Ibu Santi hanya tersenyum padaku
Lia            : “Bu Santi?”.
Bu Santi    : “Kamu sangat membanggakan ibu dan sekolah kita nak”.
Lia            : “Membanggakan bagaimana bu?”.
Bu Santi    : “Akhirnya kamu mendapatkan juara dari hasil usaha dan doa kamu yang sudah kamu ikuti lomba cerpen kemarin”.
Lia            : “Apakah ibu benar?”.
Bu Santi    : “Iya nak benar, kamu juga mendapatkan beasiswa sampai perguruan tinggi dang uang pembinaan 5 juta”.
Lia            : “Alhamdulillah bu, saya sangat bersyukur dan saya juga tidak menyangka mendapat juara ini dan ternyata usahaku sampai sini tidak sia-sia bu” kataku sambil terharu.
Bu Santi   : “ Selamat ya nak, pertahankan prestasi kamu dan juga kejar cita-cita kamu biar orang tua dan keluargamu bangga atas usaha kamu, jangan pernah kamu putus asa”.
Lia           : “ Iya bu terimakasih, saya akan kejar cita-cita saya agar saya dapat diterima di fakultas kedokteran seperti  keinginanku” kataku sambil memeluk bu Santi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar